Cara Menarik Simpulan Dalam Paragraf dan Menarik Simpulan Berdasarkan Penalaran

Cara Menarik Simpulan Dalam Paragraf

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, simpulan adalah hasil dari menyimpulkan atau kesimpulan.

Simpulan haruslah mencerminkan seluruh isi paragraf. Dalam membuat simpulan, gagasan pokok paragraf termuat di dalamnya.

Menyimpulkan berarti membuat keputusan akhir berupa kalimat singkat yang diambil secara umum dari pernyataan-pernyataan sebelumnya yang bersifat khusus.

Berdasarkan pola pengembangannya, paragraf mempunyai pola Deduktif (Umum-Khusus) dan Induktif (Khusus-Umum).

Pernyataan umum merupakan gagasan utama yang terdapat di dalam kalimat utama dan merupakan simpulan. Dengan demikian, mencari simpulan caranya carilah kalimat utamanya yang berposisi di awal, di akhir, atau campuran.


Cara Menarik Simpulan Dengan Proses Penalaran

Penalaran adalah proses bernalar dengan cara menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada.

Penalaran diperlukan untuk menarik sebuah simpulan.

Ada dua cara menarik simpulan dengan proses bernalar, yaitu
  1. Penalaran deduksi
  2. Penalaran induksi

a. Penalaran Deduksi

Penalaran deduksi adalah menarik simpulan dengan proses bernalar yang bertolak dari perihal umum ke perihal bersifat khusus.


Dua Macam Penalaran Secara Deduksi

Terdapat dua macam cara penarikan simpulan secara deduksi, yaitu melalui simpulan langsung, dan simpulan tidak langsung.


1. Simpulan Langsung

Simpulan langsung adalah simpulan yang diperoleh dari satu premis atau pernyataan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan baru.

Contoh simpulan langsung

Premis : Beberapa tentara gagah berani.
Simpulan : Beberapa yang gagah berani adalah tentara.


2. Simpulan Tidak Langsung

Simpulan tidak langsung adalah simpulan yang diambil dari dua premis.

a. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.

Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis, yang dibedakan menjadi premis umum (premis yang termnya menjadi predikat) dan premis khusus (premis yang termnya menjadi subjek).

Penghubung di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Silogisme kategorial terbagi dua, yaitu silogisme kategorial positif dan silogisme kategorial negatif.
  1. Silogisme kategorial positif
    Silogisme kategorial positif adalah dua premis bersifat positif maka simpulannya positif.
    Rumus:
    Premis Umum : A = B
    Premis Khusus : C = A
    Simpulan : C = B
    Contoh silogisme kategorial positif
    Premis Umum : Semua pengendara sepeda motor wajib memakai helm.
    Premis Khusus : Andrian pengendara sepeda motor.
    Simpulan : Andrian wajib memakai helm.
  2. Silogisme kategorial negatif
    Silogisme kategorial negatif adalah salah satu premis bersifat negatif maka simpulannya harus negatif juga. Biasanya premis negatif menggunakan kata yang bersifat negatif seperti tidak, bukan, belum.
    Rumus:
    Premis Umum : A ≠ B
    Premis Khusus : C = A
    Simpulan : C ≠ B
    Contoh:
    Premis Umum : Semua penderita darah tinggi tidak boleh mengonsumsi daging kambing.
    Premis Khusus : Amrul penderita darah tinggi.
    Simpulan : Amrul tidak boleh mengonsumsi daging kambing.

b. Silogisme yang salah

Sologisme yang salah adalah silogisme dari dua premis negatif tidak dapat diambil simpulan yang dapat dipercaya.

Contoh silogisme yang salah

Premis Umum : Semua kadal tidak menyusui anaknya.
Premis Khusus : Buaya bukan kadal.
Simpulan : Jadi buaya menyusui anaknya (?)

Jika kedua premis bersifat partikular, tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Premis Umum : Beberapa pedagang tidak jujur.
Premis Khusus : Uyung seorang pedagang.
Simpulan : Uyung tidak jujur (?) Tidak bisa disimpulkan.
Kedua premis di atas tidak bisa disimpulkan karena simpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Simpulannya : Uyung mungkin tidak jujur.

Dari dua premis khusus, baik silogisme kategorial positif, salah satu premisnya negatif atau kedua premisnya negatif tidak dapat diambil simpulan.
Contoh:
Premis Khusus : Syafna diterima sebagai mahasiswa.
Premis Khusus : Syafna remaja yang rajin beramal.
Simpulan : Remaja yang rajin beramal diterima sebagai mahasiawa UI (?)


c. Entimem

Entimem adalah silogisme yang diperpendek tanpa penyebutan premis umum dan langsung mengambil simpulan dengan premis khusus sebagai penyebabnya.

Entimem = S karena PK atau C = B karena C = A
Contoh Entimem

Silogisme:
Premis Umum : Semua siswa-siswi SMA Pesona lulus SBMPTN.
Premis Khusus : Andriani Cempaka siswi SMA Pesona.
Simpulan : Andriani Cempaka lulus SBMPTN.

Entimemnya:
Andriani Cempaka lulus SBMPTN karena dia siswi SMA Pesona.


b. Penalaran Induksi

Penalaran Induksi adalah menarik simpulan dengan terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.


Tiga Macam Penalaran Induksi

Terdapat tiga macam penalaran induksi, yaitu generalisasi, analogi, dan kausal.


1. Generalisasi

Generalisasi adalah menarik simpulan secara umum berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus yang jumlahnya harus cukup dan dapat mewakili untuk ditarik sebuah simpulan.

Contoh generalisasi

Pemerintah telah menjadikan Pulau Komodo sebagai habitat pelestarian komodo. Di Ujung Kulon, pemerintah membuat cagar alam untuk pelestarian badak bercula satu. Selain itu sejumlah undang-undang dibuat untuk melindungi hewan langka dari incaran pemburu. Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan hewan-hewan langka. (Sumber: makalahpendidikan.blogdetik.com)


2. Analogi

Analogi adalah penalaran induksi dengan menarik simpulan yang dimulai dengan membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan.

Contoh analogi

Mata merupakan organ tubuh yang digunakan untuk melihat. Berjalan tanpa mata pasti akan sangat sulit karena tanpa penglihatan atau buta, manusia akan sering tertabrak, tersandung, dan terjatuh. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan merupakan penuntun di dalam hidup manusia. Tanpa ilmu pengetahuan hidup akan terasa sangat sulit karena manusia akan sulit menghadapi halangan, rintangan, dan masalah dalam kehidupan. (Sumber: rizkyarlin.blogdetik.com)


3. Kausal

Kausal dapat dibedakan lagi menjadi sebab-akibat, akibat - sebab, dan sebab - akibat 1 - akibat 2


a. Sebab - akibat

Diawali dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab kemudian sampai pada suatu simpulan yang menjadi akibat.

Contoh sebab - akibat Penumpukan sampah kian hari tidak bisa diatasi. Ditambah dengan kebiasaan warga membuang sampah sembarangan yang semakin memperburuk keadaan. Pemerintah pun terkesan tidak sigap mengambil tindakan mengatasi problematika bersama ini. Akibatnya banjir tiap tahun merupakan menu wajib di ibukota, banyak rumah yang terendam dan alur perekonomian pun perlahan mati suri. (Sumber: hannaraya.blogspot.com)
b. Akibat - sebab

Diawali dengan peristiwa yang menjadi akibat kemudian kita mencari penyebabnya.

Contoh akibat - sebab

Banyak masyarakat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak melakukan tindakan nyata guna meningkatkan lapangan kerja di Indonesia. Selain itu mahalnya biaya pendidikan di negeri ini membuat banyak orang kesulitan untuk mengenyam pendidikan dan membuat negeri ini tidak memiliki banyak sumber daya berkualitas yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Kemiskinan di Indonesia diperparah dengan sistem perekonomian kapitalis yang tidak mengindahkan keberadaan pengusaha kecil. (Sumber: duniapelajar.com)


c. Sebab - akibat 1 Akibat 2

Sebuah peristiwa yang kita kemukakan menimbulkan beberapa akibat yang lain.

Contoh sebab - akibat 1 akibat 2

Sekutu melalui rapat di London menentukan jumlah rampasan perang yang sangat memberatkan bagi negara Jerman sehingga Jerman mengalami kesulitan dalam membayarnya. Pemerintah yang menghadapi hal ini langsung mencetak uang mark sebanyak-banyaknya sehingga terjadi hyper inflasi. Akhirnya nilai mata uang mark turun dan uang mark dianggap sama saja dengan kertas. (Sumber: marshellarynto.wordpress.com)