Mengenal Macam-macam Afiks atau Imbuhan Pada Bahasa Indonesia

Pengertian Afiks atau Imbuhan

Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya.


Macam-macam Afiks Bahasa Indonesia

Macam-macam afiks yang dapat kalian temukan pada bahasa Indonesia, antara lain:
  1. Prefiks (awalan)
    Contoh pefiks seperti: ber-, se-, me-, di-, pe-, ke-, per-, ter-.
  2. Infiks (sisipan)
    Infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata
    Contoh infiks seperti : -em-, -el-, -er-, -in-.
  3. Sufiks (akhiran)
    Sufiks adalah afiks yg ditambahkan pd bagian belakang kata dasar.
    Contoh sufiks seperti: -I, -kan, -an, -nya.
  4. Konfiks
    Konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua unsur yg terpisah.
    Contoh konfiks : me-i, me-kan, pe-an, per-kan, ke-an, ber-an.
  5. Kombinasi afiks
    Kombinasi afiks adalah gabungan dari beberapa afiks.
    Contoh kombinasi afiks: memper-, diper-, memper-i, memper-kan, diper-i, diper-kan.

Kaidah KTSP

Imbuhan me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an jika dilekati dengan kata dasar yang huruf awalnya K, T, S, dan P akan mengalami nasalisasi. Proses ini yang dikenal sebagai kaidah KTSP.


Contoh Kaidah KTSP

Proses KTSP dapat kalian lihat sebagai berikut:
  1. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi huruf vokal (a, i, u, e, o) maka huruf KTSP lesap/luluh.
    Contoh:
    • me- + pesona = memesona
    • me-kan + terjemah = menerjemahkan
    • me- + kilat = mengilat
  2. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi huruf konsonan maka huruf KTSP tidak lesap.
    Contoh:
    • me- + proses = memproses
    • me- + kritik = mengkritik
  3. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an
    Contoh:
    • me- + bom = mengebom
    • me- + cor = mengecor

Imbuhan me- , me-kan, dan me-i

1. Imbuhan me-

Imbuhan me-, berfungsi membentuk kata kerja transitif dan intransitif.

Dalam membentuk kata berimbuhan, prefiks me- beralomorf menjadi me-, men-, mem-, meng-, meny-, dan menge-.
Makna imbuhan me-, adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan makna menggunakan.
    Contoh: menyisir, mencangkul, membajak.
  • Menyatakan makna menjadi seperti tersebut pada kata dasar.
    Contoh: melebar, meninggi.
  • Menyatakan makna mencari seperti yang tersebut pada kata dasar.
    Contoh: mendamar, merotan, merumput.
  • Menyatakan proses.
    Contoh: menguning, menghijau.
  • Menyatakan makna dalam keadaan.
    Contoh: mengantuk, menyendiri.
  • Menyatakan makna memberi … pada.
    Contoh: mengecat, memupuk.

2. Imbuhan me-kan

Imbuhan me-kan berfungsi membentuk kata kerja transitif.

Imbuhan me-kan beralomorf sama seperti imbuhan me-.

Ada beberapa makna yang dimunculkan oleh imbuhan me-kan, seperti berikut ini:
  • Menyatakan makna membuat jadi (kausatif).
    Contoh: melebarkan, meninggikan.
  • Menyatakan perbuatan untuk orang lain (benefaktif).
    Contoh: membelikan, menjualkan, membukakan.
  • Menyatakan makna menuju ke….
    Contoh: mendaratkan, menepikan.
  • Menyatakan makna menganggap sebagai....
    Contoh: mendewakan, menganaktirikan.

3. Imbuhan me-i

Imbuhan me-i berfungsi membentuk kata kerja transitif.

Beralomorf sama seperti imbuhan me- dan me-kan.

Imbuhan me-i memiliki beberapa makna:
  • Menyatakan makna menyebabkan jadi (kausatif).
    Contoh: mengotori, memanasi.
  • Menyatakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang.
    Contoh: melempari, menembaki, mencabuti.
  • Menyatakan makna memberi seperti yang tersebut pada kata dasar.
    Contoh: menggarami, menggulai, menyampuli.
  • Menyatakan makna benefaktif.
    Contoh: menganugerahi, menghadiahi, meminjami.
  • Menyatakan tempat.
    Contoh: menduduki, memasuki.

Imbuhan pe-an, per-an, dan ke-an

1. Imbuhan pe-an

Imbuhan pe-an secara umum berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja berawalan me-. Oleh karena itu, imbuhan pe-an beralomorf pe-an, pem-an, pen-an, peng-an, peny-an, dan penge-an.

Makna imbuhan pe-an kemunculannya sering dipengaruhi atau ditentukan oleh kalimatnya.

Beberapa makna imbuhan pe-an adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan proses.
    Contoh: pembuatan, pembentukan, peleburan.
  • Menyatakan tempat.
    Contoh: penggorengan, penggilingan, pengadilan.
  • Menyatakan hal.
    Contoh: penderitaan, perasaan.

2. Imbuhan per-an

Imbuhan per-an berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja berawalan ber-.

Alomorf dari imbuhan per-an adalah per-an, pe-an, dan pel-an.

Imbuhan per-an memiliki makna lebih banyak daripada imbuhan pe-an.

Alomorf adalah anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan yg dimasukinya.
Contoh: morfem ber- mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
Beberapa maknanya imbuhan per-an adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan proses.
    Contoh: perhitungan, perdebatan, pernikahan.
  • Menyatakan tempat.
    Contoh: perhentian, permukiman, permakaman.
  • Menyatakan hal yang abstrak.
    Contoh: pertunjukan, perdamaian.
  • Menyatakan hasil.
    Contoh: persatuan, perluasan, perlebaran.
  • Menyatakan kumpulan.
    Contoh: pertokoan, perumahan.

3. Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an fungsinya membentuk kata benda dan kata kerja pasif.

Imbuhan ke-an tidak memiliki alomorf.

Makna yang ditimbulkan oleh imbuhan ke-an, adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan makna terlalu.
    Contoh: kependekan, ketinggian, kekecilan, kebesaran.
  • Menyatakan perbuatan yang tidak disengaja.
    Contoh: kelewatan, ketiduran.
  • Menyatakan sifat.
    Contoh: kemuliaan, keindahan, kepicikan.
  • Menyatakan makna agak atau menyerupai.
    Contoh: kebarat-baratan, kemerah-merahan.

Imbuhan ber- dan ter-

1. Imbuhan ber-

Imbuhan ber- berfungsi membentuk kata kerja. Biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri.

Makna yang dimunculkan dari imbuhan ber-, adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan makna mempunyai.
    Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut.
  • Menyatakan makna memakai.
    Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
  • Menyatakan makna melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif).
    Contoh: berhias, bercukur, bersolek.
  • Menyatakan makna berada dalam keadaan.
    Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
  • Menyatakan makna saling, atau timbal-balik (resiprok).
    Contoh: bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.

2. Imbuhan ter-

Imbuhan ter- berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat.

Makna yang ditimbulkan dari imbuhan ter-, antara lain adalah:
  • Menyatakan makna dalam keadaan di.
    Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
  • Menyatakan makna dikenai tindakan secara tak sengaja'.
    Contoh: tertinju, terbawa, terpukul.
  • Menyatakan makna dapat di-.
    Contoh: terangkat, termakan, tertampung.
  • Menyatakan makna paling (superlatif).
    Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.

Imbuhan di-, ke-, dan –an

1. Imbuhan di-

Imbuhan di- berfungsi membentuk kata kerja.

Makna yang dimunculkan oleh awalan di-, antara lain:
  • Jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan pekerjaan pasif.
    Contoh: diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola.
  • Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.

2. Imbuhan ke-

Imbuhan ke- berfungsi membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja, membentuk kata benda dengan arti orang atau sesuatu yang di….

Makna yang dimunculkan dari imbuhan ke-, adalah sebagai berikut
  • Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda akan membentuk makna tingkat.
    Contoh: Ia duduk di kursi kedua himpunan atau kumpulan; Kedua orang itu teman saya.
  • Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna kena atau tidak sengaja.
    Contoh: ketipu, ketabrak.
  • Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah, dan kata benda.
    Beberapa di antaranya, seperti:
    • Pembentuk kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan urutan.
      Misalnya: anak kelima, pelajaran kedua.
    • Pembentuk kata bilangan jumlah, nosinya menyatakan makna kumpulan jumlah.
      Misalnya: kedua anak itu, kesemuanya.
    • Pembentuk kata benda, nosinya menyatakan makna orang atau sesuatu yang di, yang dianggap.
      Misalnya: ketua, kekasih, kehendak.
    • Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal yang di... i, atau yang di ... kan, seperti pada kata kekasih dan ketua.
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke- dalam bahasa Indonesia, seperti: ketemu, kelanggar.

3. Imbuhan -an

Imbuhan –an berfungsi membentuk kata benda.

Makna yang dimunculkan dari imbuhan –an, adalah sebagai berikut:
  • Menyatakan makna hasil atau akibat dari me-.
    Contoh: tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan, tinjauan, masukan.
  • Menyatakan makna alat untuk melakukan pekerjaan.
    Contoh: timbangan, gilingan, gantungan.
  • Menyatakan makna setiap.
    Contoh: harian, bulanan, tahunan, mingguan.
  • Menyatakan makna kumpulan, atau seperti, atau banyak.
    Contoh: lautan, durian, rambutan, dll.
Catatan:
Imbuhan ada yang produktif dan tidak produktif.
Imbuhan produktif adalah imbuhan yang mampu menghasilkan terus dan dapat digunakan secara teratur membentuk unsur-unsur seperti me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per-an, dan ke-an.
Imbuhan tidak produktif seperti sisipan -el-, -em-, er-.

Imbuhan Serapan

Imbuhan serapan adalah imbuhan yang diambil dari bahasa asing yang digunakan dalam kata turunan bahasa Indonesia.

Di bawah ini adalah Imbuhan serapan yang dikutip dari bukunya JS Badudu.


1. Akhiran –isme

Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai kata-kata seperti modernisme, komunisme, dan kolonialisme. Sedangkan, dalam bahasa Inggris, kata-kata tersebut ditulis sebagai modernism, communism, colonialism.

Kalau kita bandingkan bentuk-bentuk bahasa Belanda dan Inggris, kita akan dapat mengambil kesimpulan bahwa kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia sekarang yang berakhir dengan –isme kita pungut dari bahasa Belanda dan bukan dari bahasa Inggris karena bentuk-bentuk bahasa Indonesia lebih dekat kepada bentuk bahasa Belanda.

Akhiran –isme mengandung makna ajaran, paham, aliran.

Rupanya akhiran –isme pun dalam bahasa Indonesia mulai keluar dari batas bahasa asalnya karena akhiran itu sering dilekatkan orang pada bentuk dasar yang bukan kata Belanda atau Inggris.

Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai pemakaian –isme seperti pada kata bentukan: wadamisme, bapakisme, Durnoisme. Kata Wadam, bapak, dan Durno jelas bukan bahasa asing.


2. Akhiran –isasi

Akhiran –isasi kita jumpai pada kata-kata bentukan seperti spesialisasi, modernisasi, liberalisasi, netralisasi.

Bandingkan dengan bahasa Belanda: specialisatie, modernisatie, liberalisatie, neutralisatie, dan bahasa Inggris: specialization, modernization, neutralization.

Akhir kata –tie dalam bahasa Belanda dilafalkan sebagai /si/ dalam bahasa Indonesia. Oleh karena lafal bahasa Indonesia lebih dekat kepada lafal bahasa Belanda dibandingkan dengan lafal bahasa Inggris, kita dapat mengatakan kata-kata pungut seperti itu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda.


3. Akhiran –is

Akhiran –is berasal dari bahasa Belanda.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata itu kita pungut dari Bahasa Belanda: economisch, practish, logisch. Jadi, akhiran bahasa Belanda –isch kita jadikan –is dalam bahasa Indonesia.

Kata-kata dengan akhiran –isch seperti di atas dalam bahasa Belanda merupakan kata sifat, demikian juga kata-kata Indonesianya.

Ekonomis artinya bersifat ekonomi, maksudnya mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi.

Praktis artinya mudah diterapkan di dalam praktek.

Akhiran –is mulai dipakai pada bentuk-bentuk dasar yang bukan kata Belanda saja, melainkan pada bentuk kata dasar lain.

Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia, kita jumpai sekarang kata-kata seperti: Pancasilais yaitu (orang-orang) yang menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam tindak-tanduknya, tingkah lakunya dalam hidup sehari-hari.

Kita juga melihat penggunaan akhiran –is pada bentuk-bentuk: Maois, Durnois, dan sebagainya.


4. Akhiran –iah

Akhiran –iah berasal dari bahasa Arab. Baik akhiran –i atau –wi maupun akhiran –iah fungsinya sama, yaitu membentuk kata benda menjadi kata sifat dan mempunyai makna gramatikal mempunyai sifat.

Kata badaniyyun dan badaniyyatun dalam bahasa Arab menjadi badani atau badaniah dalam bahasa Indonesia.

Kedua bentuk kata di atas dalam bahasa Arab sama artinya mempunyai sifat badan; alami dan alamiah artinya mempunyai sifat alam.

Perbedaan bentuk yang tampak pada kedua kata itu disebabkan oleh perbedaan kasus.
  • Yang pertama bentuk maskulinum
  • Yang kedua femininum (dalam bahasa Arab disebut muzakkar dan mu’annas)

Bentuk-bentuk dengan akhiran –iyyatun dalam bahasa Arab menjadi –iyyah jika bunyi akhir tun tidak dilafalkan.

Jadi, badaniyyatun sama dengan badaniyyah, alamiyyatun sama dengan alamiyyah.
Dalam bahasa Indonesia, bunyi –iyyah itu kita tulis dengan i-a-h saja menjadi –iah, bukan –iyah.
Contoh: Ilmiah, alamiah, rohaniah, badaniah, insaniah, falsafiah.


5. Akhiran –i atau –wi

Akhiran –i atau wi- berasal dari bahasa Arab.

Dalam bahasa Indonesia, kita kenal kata-kata dengan akhiran –i atau –wi, seperti badani, insani, alami, duniawi. Di samping itu, kita mengenal juga kata-kata badan, insan, alam, dunia.

Akhiran –i atau –wi dari bahasa Arab itu bukan dua akhiran atau dua macam akhiran, melainkan satu akhiran karena kedua-duanya mewakili satu morfem.

Perbedaan bentuknya ini timbul karena lingkungan yang dimasukinya berbeda. Bila kata dasar berakhir dengan konsonan, dalam contoh di atas /n/ dan /m/ maka akhiran yang muncul ialah –i, sedangkan bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, maka yang muncul ialah –wi.

Kita mengenal bentuk bahasa Indonesia surgawi, manusiawi, bahkan agamawi dan tatabahasawi.

Bentuk-bentuk dasar berakhiran –wi itu bukan dari bahasa Arab, melainkan kata Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta.

Akhiran –i atau –wi mempunyai makna mempunyai sifat.

Penderitaan badani artinya penderitaan yang bersifat badan, misalnya bila seseorang beroleh hukuman badan; badan alami artinya bakat yang bersifat alam.

Itu sebabnya surgawi dan manusiawi artinya mempunyai sifat surga dan mempunyai sifat manusia.

Kata gereja berasal dari bahasa Portugis berakhir dengan vokal /a/.

Analogi yang tepat ialah bentuk duniawi (dunia+wi). Jadi, bentukan yang tepat ialah gerejawi seperti contoh lain surgawi (surga+wi) dan manusiawi (manusia+wi).


6. Akhiran –wan

Akhiran -wan diserap dari bahasa Sansekerta -van atau -vati.

Sufiks -wan memiliki alomorf -man dan -wati.

Pada masa lampau alomorf -man diletakkan pada dasar yang berakhir dengan fonem /i/. Contoh: budiman, seniman.

Saat ini sufiks -man sudah tidak produktif lagi; pembentukan nomina baru sering mempergunakan -wan yang lebih produktif.

Alomorf -wati dipakai untuk mengacu pada perempuan. Seorang pekerja perempuan, misalnya, dinamakan karyawati, sedangkan rekan prianya dinamakan karyawan.

Makna yang dimunculkan dari akhiran –wan, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Orang yang ahli dalam bidang tertentu, orang yang mata pencarian atau pekerjaannya dalam bidang tertentu, atau orang yang memiliki barang atau sifat khusus. Pada mulanya arti akhiran ini hanya sebatas orang yang ....
    Contoh:
    1. Bangsawan orang yang memiliki bangsa
    2. Hartawan orang yang memiliki harta
    3. Rupawan orang yang memiliki rupa yang elok, jutawan, dermawan
  • Dalam perkembangan bahasa Indonesia, akhiran –wan mengalami perluasan makna, sehingga dapat bermakna orang yang ahli dalam bidang ... .
    Contoh:
    1. Ilmuwan orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu
    2. Negarawan orang yang ahli dalam bidang ilmu negara
    3. Fisikawan orang yang ahli dalam bidang fisika
    4. Sastrawan orang yang ahli dalam bidang sastra
    5. Bahasawan orang yang ahli dalam bidang bahasa
    6. Sejarawan orang yang ahli dalam bidang sejarah
    7. Budayawan orang yang ahli dalam bidang budaya
  • Jenis perluasan yang kedua adalah yang bermakna orang yang berprofesi dalam bidang .....
    Contoh:
    • Usahawan orang yang berprofesi dalam bidang usaha tertentu
    • Olahragawan orang yang berprofesi dalam bidang olahraga
    • Peragawan orang yang berprofesi dalam bidang peragaan
    Sifat imbuhan –wan, adalah sebagai berikut:
    • Akhiran -wan hanya dapat mengikuti nomina atau adjektiva, tidak pernah melekat pada kata kerja (perkecualian yang patut dihindari adalah kata pirsawan).
      Relawan adalah salah, yang benar adalah sukarelawan- "orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa".
    • Akhiran -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup.
    • Akhiran -wan dapat bergender netral ataupun lelaki, untuk perempuan menggunakan -wati, namun tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan dapat dilekati dengan -wati.