Sejarah Akuntansi Di Indonesia
Akuntansi Di Indonesia
Akuntansi masuk di Indonesia, mulai pada era penjajahan Belanda yaitu sejak sekitar abad ke 17 atau tahun 1642.
Pada saat itu akuntansi masihlah belum jelas. Jejak yang jelas baru dapat ditemukan pada pembukuan yang dilakukan Amphioen Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Perkembangan akuntansi yang mencolok di Indonesia baru dapat dirasakan setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870.
Dengan dihapuskannya tanam paksa, maka para kaum pengusaha swasta Belanda mulai banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya.
Kemudian dunia usaha di Indonesia mulai berkembang, sama juga dengan kebutuhan akan akuntansi.
Sistem pembukuan yang dianut oleh para pengusaha Belanda saat itu sama seperti apa yang diajarkan oleh Lucas Paliolo (sampai dengan tahun 1850). Di tahun ini juga, orang Belanda menemukan metode pembukuan baru yang lebih efisien.
Selama periode 1850 hingga 1900 terjadi semacam dualisme antara yang menggunakan metode lama dan yang menggunakan metode baru.
Kemudian pada awal abad 20, metode pembukuan lama ditinggalkan dari sejarah akuntansi Belanda. Perkembangan ini juga terbawa ke Indonesia.
Saat itu bidang-bidang usaha yang tergolong besar di kuasai Belanda, sedangkan bidang-bidang usaha yang kecil dibiarkan dikuasai oleh kelompok timur asing, seperti Arab, Cina, India, dan lain sebagainya.
Sebagai daya tarik, pemerintah kolonial Belanda tidak mencampuri sistem pembukuan yang mereka gunakan. Dalam hubungan ini juga muncul sistem pembukuan yang mereka gunakan, yaitu sistem pembukuan Cina seperti
- Sistem Hokian
- Sistem Canton
- Sistem Hakka
- Sistem Tio Tjoe
- Sistem Arab
- Sistem India
- Dan Sebagainya
Fungsi pemeriksaan atau auditing mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1907, atau bersamaan dengan dikirimnya Van Schagen, yang merupakan seorang anggota NIVA, dengan tugas pokok menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan.
Pengiriman Van Schagen ini menjadi awal di bukanya Jawatan Akuntan Negara (JAD) yang resminya didirikan pada tahun 1915.
Akuntan Publik pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan kantornya di Indonesia pada tahun 1918 dan pada tahun 1920 berdiri kantor akuntan H.Y. Voerens.
Pada tahun 1921 didirikan Jawatan Akuntan Pajak yang bernama Balisting Accountant Dienst (BAD).
Akuntan intern pertama di Indonesia adalah J.W. Labrijn yang sudah ada di Indonesia sejak tahun 1896.
Pada waktu jaman penjajahan Belanda, tidak banyak orang Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi. Kalaupun ada, mereka hanya merupakan tenaga-tenaga pelaksana.
Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi tercatat adalah JD Massie, dia diangkat sebagai pemegang buku untuk Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929.
Pada masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan di Jawatan Keuangan hampir 90% yang di pegang oleh bangsa Belanda, menjadi kosong.
Ketika itu, atas prakarsa Mr. Slamet, maka didirikanlah kursus-kursus untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada saat itu juga mulai di kenal Kursus A, B, C, dan D.
Para pengikut kursus-kursus tersebut yang nantinya menjadi cikal bakal tenaga-tenaga akuntan di Indonesia. Mengenai sistem akuntansinya sendiri tidak banyak perubahan selama jaman Jepang kala itu.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka mulailah dirasakan bahwa kita sangat kekurangan tenaga akuntan.
Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berkebangsaan Indonesia, bernama Prof. Dr. Abutari.
Ketika masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1945 hingga 1950, kursus-kursus untuk mendidik tenaga-tenaga di bidang akuntansi kembali di lanjutkan.
Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda, pemerintah Republik Indonesia(RI) baru memiliki kesempatan untuk mengirim putra-putranya ke luar negeri untuk belajar mengenai ilmu akuntansi.
Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai dirintis dengan dibukannya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1952.
Pendirian jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini, di ikuti dengan pembukaan jurusan yang sama di beberapa fakultas-fakultas ekonomi lainnya seperti di
- Universitas Padjadjaran (1961)
- Universitas Sumatera Utara (1962)
- Universitas Airlangga (1962)
- Universitas Gajah Mada (1964)
Institut Ilmu Keuangan yang saat ini dikenal sebagai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara membuka jurusan akuntansi pada tahun 1960.
Sementara itu di Universitas Brawijaya dan Universitas Andalas telah mengadakan afiliasi dengan Universitas Indonesia untuk membuka jurusan akuntansi.
Afiliasi yang sama juga dilakukan oleh Universitas Hasanudin, Universitas Diponegoro, Universitas Gajah Mada, antara Universitas Syiah Kuala, Universitas Riau dan Universitas Sumatera Utara.
Pada tahun 1954 keluar Undang-undang Nomor 34 yang mengatur tentang penggunaan gelar Akuntan.
Sumber: Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:15 dan berbagai sumber.