Mengenal Tentang Lahan dan Degradasi Lahan
Delegasi Lahan
Degradasi lahan dikenal juga dengan sebutan lahan kritis. Untuk lebih memahami tentang delegasi lahan ini. Simak lebih jauh materi di bawah ini.
Ciri-ciri Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan dengan ciri-ciri sebagai berikut:- Penutup vegetasinya kurang dari 25%
- Memiliki tingkat kemiringan lebih dari 15%
- Terjadi gejala aerasi lembar atau sheet erosion
- Terjadi gejala erosi parit atau gully erosion.
Dampak Degradasi Lahan Terhadap Kehidupan
Delegasi lahan juga dapat mempengaruhi kehidupan. Berikut ini adalah dampak yang ditimbulkan atau tercipta dari delegasi lahan, diantaranya sebagai berikut- Dikarenakan proses erosi yang merupakan penyebab lahan tanah menjadi tidak subur, karena lapisan top soil hilang.
- Produktivitas pertanian menurun dan menyebabkan pendapatan petani menjadi berkurang.
- Terjadi banjir
- Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah
- Terganggunya ekosistem makhluk hidup
Perbedaan Lahan Potensial dan Lahan Kritis
Berikut ini adalah pengertian dari lahan potensial dan lahan kritis.
Lahan potensial adalah lahan yang secara fisis kimiawi dan ekonomi cukup menguntungkan, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur pertanian yang baik.
Faktor Penyebab Terjadinya Lahan Kritis
Penyebab meluasnya lahan kritis atau degradasi lahan di permukaan bumi adalah karena disebabkan oleh proses alam dan perilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan.
Berikut ini adalah faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam diantaranya sebagai berikut:- Erosi
- Tanah longsor
- Pencucian tanah
- Perusakan hutan
- Pertanian sistem ladang berpindah
- Kegiatan pertambangan terbuka
- Sistem pertanian di pegunungan yang tidak menggunakan terassering atau sengkedan.
Upaya Untuk Penanggulangan Lahan Kritis
Berikut ini adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi lahan karitis, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Reboisasi dan penghijauan
Reboisasi dan penghijauan adalah penghutanan kembali tanah-tanah hutan yang gundul dengan ditanami tanaman keras.
Tujuan dilakukannya reboisasi adalah untuk memulihkan kembali daya serap tanah terhadap air, sehingga proses aerosi dapat diperlambat.
2. Penghijauan
Penghijauan adalah tindakan penanaman kembali tanah yang gundul.
Jenis tanaman yang biasanya digunakan dalam program penghijauan adalah sebagai berikut- Turi
- Cengkeh
- Jambu monyet
- Petai
- Kayu manis
- Nangka
- Kluwih
- Karet
- Durian
3. Sistem Penanaman Searah Garis Kontur (Countur Ploughing)
Sistem penanaman searah garis kontur atau countur ploughing adalah penanaman tanaman yang searah atau sejajar dengan garis kontur.
Menurut R.L. Cook (1962), penanaman secara kontur sangat sesuai bagi tanah-tanah yang memiliki kemiringan 3% sampai 8% akan tetapi kurang efektif atau cocok pada tanah yang memiliki kemiringan kurang dari 3% atau lebih besar dari 8% sampai 25%.
4. Sistem Terassering atau Sengkedan
Sistem transsering atau sengkedan adalah cara yang digunakan untuk mengurangi laju air yang mengalir di permukaan bumi.
5. Membuat Areal Hutan Lindung
Pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 45o harus dijadikan sebagai areal hutan lindung.
6. Pembuatan Lorak-Lorak Mati
Lorak-lorak mati adalah lubang pada akhir guludan tanah yang membantu agar air yang mengalir tertampung pada lubang itu dan meresap ke dalam tanah, sehingga proses erosi dapat dihindari.
7. Pergiliran Tanaman (Croprotation)
Pergiliran tanaman atau croprotation adalah suatu sistem bercocok tanam dimana sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu.
8. Pemulsaan (Mulching)
Pemulsaan atau mulching adalah teknik menutupi permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman.
Sisa-sisa tanaman ini biasanya digunakan untuk pemulsaan jerami.
Menurut Dj. Greenland dan R. Lal dalam Soil Conservation and Managment in the Humid Tropic, New York 1977 dikatakan bahwa dengan dilakukan pemulsaan konservasi air maka tanah dapat diperbaiki, jumlah pori-pori yang dapat menginfiltrasi air meningkat dan evaporasi yang berlebihan dapat dikurangi.
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Terdapat beberapa kelas klasifikasi lahan, yaitu sebagai berikut.
Kelas I
Yang termasuk kemampuan lahan kelas I adalah sebagai berikut- Topografinya hampir datar
- Memiliki tingkat erosi kecil
- Mempunyai kedalaman efektif (solum) yang dalam
- Mempunyai drainase yang baik
- Mudah diolah
- Kapasitas menahan air baik
- Tidak terancam banjir
Kelas II
Yang termasuk kemampuan lahan kelas II adalah sebagai berikut- Berupa lereng landai
- Memiliki struktur tanah yang kurang baik
- Ada ancaman erosi lebih besar
- Dapat terancam banjir
Kelas III
Yang termasuk kemampuan lahan kelas III adalah sebagai berikut- Berupa lereng miring dan bergelombang
- Memiliki drainase yang kurang baik
- Peka terhadap erosi
- Memiliki kapasitas menahan air yang rendah
Kelas IV
Yang termasuk kemampuan lahan kelas IV adalah sebagai berikut- Berupa lereng miring atau berbukit
- Memiliki kapasitas menahan air yang rendah
- Peka terhadap erosi
- Sering banjir
- Memiliki solum yang dangkal
Kelas V
Yang termasuk kemampuan lahan kelas V adalah sebagai berikut- Memiliki topografi yang relatif datar
- Mudah tergenang air
- Biasa tanahnya berbatu
- Tidak sesuai untuk lahan pertanian
Kelas VI
Yang termasuk kemampuan lahan kelas VI adalah sebagai berikut- Berupa lereng yang agak curam
- Mudah terkena erosi berat
- Memiliki tanah yang berbatu-batu
Kelas VII
Yang termasuk kemampuan lahan kelas VII adalah sebagai berikut- Terletak pada lereng yang curam
- Dapat terjadi erosi yang sangat kuat
- Memiliki solum yang dangkal
- Untuk padang rumput atau hutan produksi terbatas
Kelas VIII
Yang termasuk kemampuan lahan kelas VIII adalah sebagai berikut- Lerengnya sangat curam
- Memiliki kapasitas menahan air yang rendah
- Tanahnya berbatu-batu
- Harus dihutankan